Daftar Isi
- You might also like
- Skandal PI 10% PT LEB Bikin Penasaran, Kejati Lampung Masih Bungkam!
- Bandar Lampung Heboh! Drama Bullying di SMP Negeri Jadi Viral, Wali Kota & Tim Hotman Paris Saling Nyindir di Instagram
- Gema Puan Soroti 10% Kegagalan Pemerintahan Presiden Prabowo: Tiga Isu Mendesak Butuh Evaluasi Serius
- Suara Advokat dan Kritik Publik
- Tanggapan Sekolah
- Dampak Sosial dan Psikologis
- Seruan untuk Perlindungan Anak
MUDA BELIA— Kasus bullying di lingkungan sekolah kembali menggemparkan publik Bandar Lampung. Kali ini, korban adalah Gina, remaja putri asal Kabupaten Pesawaran yang terpaksa putus sekolah karena menjadi sasaran perundungan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Kejadian memilukan ini terjadi sejak Gina duduk di kelas VIII, namun baru terkuak luas ke masyarakat pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Gina, anak dari seorang pencari rezeki yang bekerja mengais barang bekas, mengaku tak lagi sanggup menahan tekanan psikologis akibat cercaan dan intimidasi teman sekelasnya. Padahal, ia memiliki tekad kuat untuk melanjutkan pendidikan. Namun, tekanan mental dan perundungan yang dialaminya membuat Gina menyerah dan memilih mengikuti jejak orang tuanya bekerja sebagai pemulung.
“Kalau bisa bantu-bantu, supaya anakku bisa sekolah. Orang tuanya enggak bisa baca tulis, masak anaknya juga jadi begini: tukang rongsok juga,” ungkap ibu Gina dengan nada haru, Rabu (21/10/2025). Pernyataan ini menjadi sorotan masyarakat karena menunjukkan ketidakberdayaan keluarga miskin menghadapi praktik bullying yang berlarut-larut.
Suara Advokat dan Kritik Publik
Kasus ini mendapat perhatian luas dari berbagai pihak, termasuk dunia hukum. Putri Maya Rumanti, tim pengacara Hotman Paris sekaligus kuasa hukum Gina, menegaskan bahwa kasus bullying ini merupakan cerminan kegagalan sistem pendidikan dan pengawasan pejabat setempat.
“Ini tamparan bagi pejabat Lampung. Mau kota, gubernur, dinas, dan DPRD, buka mata dan hati kalian. Turun ke lapangan, lihat realita yang terjadi. Banyak anak butuh perlindungan dan bantuan nyata,” tegas Putri Maya Rumanti. Pernyataan ini menjadi viral di media sosial dan memicu gelombang simpati serta kritik publik terhadap pemerintah daerah dan pihak sekolah.
Tanggapan Sekolah
Kepala SMP Negeri 13 Bandar Lampung, dalam pernyataan resminya, menyampaikan kesiapan sekolah untuk membantu Gina melanjutkan pendidikan. Kepala sekolah menegaskan, pihak sekolah siap memfasilitasi Gina belajar melalui program paket jika memang tidak memungkinkan mengikuti kelas reguler.
“Saya berharap Gina tetap sekolah. Kami siap mendukungnya belajar melalui program paket atau metode lain. Seluruh sivitas akademika berharap Gina memiliki masa depan yang lebih baik dan tidak terputus pendidikan hanya karena bullying,” kata Kepala SMP 13 Bandar Lampung, Selasa (21/10/2025).
Selain itu, sekolah berkomitmen melakukan evaluasi internal terhadap lingkungan belajar dan menerapkan program anti-bullying yang lebih ketat. Sekolah berharap kasus Gina menjadi pelajaran bagi semua pihak agar tidak ada lagi siswa yang mengalami hal serupa.
Dampak Sosial dan Psikologis
Psikolog anak, Dr. Ratna Wulandari, menyoroti bahwa kasus bullying seperti yang dialami Gina dapat menyebabkan trauma jangka panjang, menurunkan motivasi belajar, dan memicu putus sekolah. Menurutnya, dukungan keluarga, sekolah, dan masyarakat menjadi kunci agar korban bisa bangkit kembali.
“Bullying bukan hanya masalah individu, tetapi sistem. Jika lingkungan sekolah dan keluarga tidak mendukung, anak berisiko kehilangan masa depan. Intervensi psikologis, pendampingan belajar, dan kebijakan anti-bullying harus dijalankan secara simultan,” ujar Dr. Ratna.
Seruan untuk Perlindungan Anak
Kasus Gina menjadi peringatan keras bagi pemerintah kota Bandar Lampung, Dinas Pendidikan, serta DPRD setempat untuk lebih serius menangani kekerasan dan perundungan di sekolah. Masyarakat pun diimbau untuk berperan aktif dalam mengawasi lingkungan pendidikan agar kasus serupa tidak terulang.
Dengan perhatian publik yang meningkat dan komitmen sekolah untuk memberikan solusi pendidikan alternatif, harapannya Gina dan anak-anak lain yang menghadapi perundungan dapat kembali menempuh pendidikan secara layak, tanpa harus mengalami diskriminasi atau tekanan sosial yang merugikan masa depan mereka.***















