Daftar Isi
- You might also like
- Membangun Kembali Kota Baru Lampung Menuju Eco-Smart City Ramah Lingkungan
- Bupati Tanggamus Bahas Hilirisasi Pertanian dan Penguatan Infrastruktur Bersama Tani Merdeka Indonesia, Fokus Dorong Kesejahteraan Petani
- Mahasiswa ITERA Dorong Pertanian Modern di Desa Bagelen Lewat Pelatihan Hidroponik Vertical Farming
MUDA BELIA– Energi baru hadir dari pemuda Lampung! Ketua Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Zulfahmi Hasan Azhari dan Ketua DPD Generasi Muda Buddhis Indonesia (Gemabudhi) Lampung, Deddy Wijaya Chandra, sepakat menyalakan kembali semangat nasionalisme ala Bung Karno di provinsi ini.
Pertemuan keduanya jadi ajang ngobrol serius tapi santai tentang pentingnya peran pemuda dalam merawat persatuan sekaligus mengawal pembangunan daerah di tengah kondisi nasional dan regional yang penuh dinamika. Deddy menegaskan, PA GMNI sebagai organisasi dengan akar ideologi Bung Karno punya posisi strategis untuk menghidupkan wacana kebangsaan di kalangan generasi muda.
“PA GMNI dengan pakem nasionalisme Bung Karno wajib didengar. Forum ini nggak boleh berhenti di sini. Ke depan, kami bakal ajak organisasi pemuda lain seperti Ansor, Peradah, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik, GMKI, Gemapakti, dan elemen pemuda lain di Lampung untuk ikut bergabung,” ujar Deddy.
Menurutnya, pertemuan lintas organisasi ini penting banget untuk meredam perbedaan dan memperkuat semangat gotong royong. Lampung, yang heterogen, bisa lebih maju kalau tokoh muda lintas agama dan organisasi bisa bersinergi membangun daerah.
Zulfahmi Hasan Azhari menambahkan, inisiatif Deddy membuka ruang diskusi merupakan contoh nyata dari nasionalisme yang Bung Karno tanamkan. “Pertemuan ini nunjukin kalau pemuda Lampung masih punya jiwa nasionalis, pandangan luas, dan kepedulian terhadap bangsa serta daerah. Bung Deddy adalah salah satu tokoh muda yang konsisten dorong persatuan. Saya sangat menghargai inisiatif ini,” kata Zulfahmi.
Keduanya sepakat mendukung program kerja pemerintah, baik inisiatif daerah maupun pusat, asalkan berpihak pada rakyat. “Kami menolak pembangunan yang cuma menguntungkan segelintir orang. Semangat gotong royong Bung Karno harus jadi roh dalam setiap kebijakan. Pemuda harus jadi garda terdepan menjaga itu,” tegas Zulfahmi.
Mereka menekankan, nasionalisme bukan cuma slogan, tapi harus diwujudkan dalam aksi nyata: membangun kolaborasi, menjaga persatuan, dan mengawal kebijakan publik agar benar-benar menyentuh kebutuhan rakyat.
Pertemuan ini diharapkan jadi awal terbentuknya forum lebih besar, yang bakal mempertemukan berbagai organisasi pemuda di Lampung. Dengan semangat Bung Karno, generasi muda lintas latar belakang diyakini bisa jadi motor penggerak pembangunan sekaligus benteng kebangsaan di daerah.***